BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Salah satu cara memahami hakekat
manusia adalah dengan pendekatan yang lebih mengarah kepada teori tentang
kepribadian manusia. Dewasa ini telah banyak hasil yang dicapai oleh para ahli
psikologi dalam usaha untuk menyusun teori kepribadian . Pembahasan tentang
kepribadian ini berkaitan erat dengan perilaku manusia yang salah satu
determinannya adalah motivasi.
Berdasarkan penggolongan
determinan perilaku manusia itulah para ahli psikologi mengemukakan
teori-teorinya tentang motivasi. Di antara teori motivasi yang dikemukakan
adalah teori aktualisasi diri yang pertama kali dikemukakan oleh Carl Rogers
dan kemudian dikembangkan oleh Abraham H. Maslow. Abraham H. Maslow ini
dianggap sebagai tokoh madzhab ketiga dari aliran psikologi yang melakukan
penelitan dengan cara meneliti orang-orang yang sehat sebagai obyeknya.
Di sisi lain, Al-Ghazâli
melalui pendekatan tasawufnya banyak mengungkap hakikat dan perilaku manusia.
Dari pemikiran-pemikiran Al-Ghazâli yang fenomenal ini banyak terlahir
pemikir-pemikir baru di bidang psikologi Islam. Diantara pemikiran Al-Ghazâli
adalah konsepnya tentang fitrah yang dikenal dengan sebutan al-Nafs
al-Rabbâniyyah. Konsep fitrah Al-Ghazâli berkaitan erat dengan pembahasan
tentang motivasi. Untuk menjelaskan motivasi perilaku manusia, Al-Ghazâli
menyuguhkan konsep syahwat sebagai motivasi mendekat (al-sabab al-dâkhili) dan
ghadlab sebagai motivasi menjauh (al-sabab al-khâriji).
Pemahaman terhadap hakekat
manusia menurut Al-Ghazâli melalui Pendekatan Tasawuf dan Maslow
melalui Pendekatan Ilmiah tampaknya memiliki pandangan yang sama,
yaitu memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi-potensi baik dan
mampu diaktualisasikan sehingga mencapai manusia sempurna (al-insân al-kamîl).
Namun tentu saja perbedaan-perbedaan antara mereka berdua tentang teori
motivasi pasti ada. Atas dasar itu penelitian mendalam terhadap
pemikiran-pemikiran Al-Ghazâli dan Maslow tampaknya perlu dilakukan. Maka
mengungkap pemikiran keduanya melalui sebuah studi komparatif laik untuk
dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH.
1. Identifikasi Masalah
Pembahasan tentang motivasi
berkaitan erat dengan kepribadian manusia yang unik dan multikompleks. Teori
motivasi berupaya menjelaskan sebuah perilaku serta stimulus kepada individu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut dapat digolongkan
kepada subyek-subyek tertentu, misalnya dibidang psikoterapi, manajemen, sosial
kemasyarakatan, dan pendidikan.
2. Pembatasan Masalah
Isi makalah dibatasi pada
komparasi pemikiran Al-Ghazâli dan Maslow tentang motivasi ditinjau dari sudut
pandang implikasinya terhadap pendidikan.
3. Perumusan Masalah
Masalah dalam makalah ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, apakah teori motivasi menurut Al-Ghazâli
dan Maslow cenderung menghasilkan pendidikan yang beraliran nativisme dan
empirisme ?
C. Tujuan dan Manfaat
Pembahasan dalam makalah ini
bertujuan untuk mengetahui apakah teori motivasi menurut Al-Ghazâli dan Maslow
cenderung menghasilkan pendidikan yang beraliran nativisme dan empirisme?
Makalah ini pun memiliki manfaat untuk mengungkapkan pemikiran kedua tokoh
tersebut tentang motivasi dan memberikan inspirasi baru dalam menemukan
teori-teori pendidikan humanistik menurut Islam.
D. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan meliputi
1. Hakekat manusia
2. Psikoterapi
3. Aktualisasi diri
4. Pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
1. HAKIKAT MANUSIA
Pembahasan tentang hakekat
manusia dapat dilihat dari tiga perspektif sebagai berikut:
a. Pandangan filsafat tentang
manusia
Dalam filsafat terdapat empat
aliran dalam memandang manusia, yaitu materialisem monism yang memandang bahwa
hakekat manusia adalah sebuah materi. Kedua, aliran filsafat spiritualisme yang
memandang bahwa hakekat manusia adalah ruh dan jiwa. Ketiga, aliran filsafat
idealisme yang memandang bahwa manusia adalah perpaduan badan yang material dan
jiwa yang tidak material . dan keempat aliaran filsafat dualisme yang
beranggapan bahwa hakekat manusia adalah jasmani dan ruh yang keduanya
merupakan sesuatu yang saling berbeda.
b. Pandangan psikologi
tentang manusia
Ada empat aliran psikologi yang
dijadikan rujukan dalam merumuskan teori tentang manusia, yaitu psikoanalisa,
behavioristik, humanistik, dan transpersonal.
Aliran psikoanalisa yang
dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) menyatakan bahwa kepribadian
manusia terdiri atas tiga system dan tiga strata kesadaran. Tiga sistem adalah
id (das es), ego (das ich), dan super ego (uber ich). Sedangkan tiga strata
kesadaran adalah alam sadar (the preconscious), alam sadar (the conscious), dan
alam tak sadar (the unconscious).
Aliran Behavioristik yang
dipelopori John Broadus Watson (1878-1958) memandang manusia dengan
konsep stimulus respon (S-R). Perilaku manusia terbentuk melalui pembiasaan
klasik (classical conditioning), hokum akibat (law of effect), pembiasaan
operant (operant conditioning), dan peneladanan (modeling).
Sementara aliran Humanistik
yang dipelopori Abraham H. Maslow memandang manusia memiliki potensi
yang baik dan makhluk bermartabat, bertanggung jawab, dan mampu merealisasikan
potensi-potensinya sesuai dengan jati dirinya sehingga mencapai aktualisasi
diri.
Adapun dalam pandangan aliran
Transpersonal manusia memiliki kebutuhan paling tinggi yaitu kebutuhan
spiritual yang membuat mampu mencapai posisi transendensi diri melewati batas
kesadaran biasa yang pada suatu saat mampu mencapai tingkat penghayatan mistis,
penyatuan diri dengan Tuhan yang Maha Besar.
c. Pandangan Islam tentang
Manusia
Ada tiga kata kunci dalam
memahami konsep Islam tentang manusia, yaitu basyar, insân, fitrah, dan nafs,
dan ruh. Konsep basyar menunjukkan posisi manusia sebagai makhluk biologis yang
memerlukan kebutuhan dasar (physiological needs). Sedangkan konsep insân
menunjukkan bahwa manusia adalah totalitas yang memiliki fisik dan psikis,
badaniah dan ruhaniah, individualistik, khas, unik, berbeda antara manusia satu
dengan yang laiinya.
Sementara nafs dan ruh merupakan
tentara hati manusia (junûd al-qalb). Hati manusia ini telah memiliki potensi yang
disebut fitrah. Demikian penjelasan Al-Ghazâli.
2. TEORI MOTIVASI
Berdasarkan pengelompokkan
motivasi ke dalam 4 kategori, yaitu motivasi biologis, motivasi sosial,
motivasi personal, dan tingkat tinggi, muncullah 6 teori motivasi.
· Pertama, teori instink
yang beranggapan bahwa sebagian besar perilaku manusia ditentukan oleh instink.
· Kedua, teori kognitif
yang menjelaskan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan
rasio.
· Ketiga, teori hedonistik
yang menyebutkan bahwa perilaku manusia pada dasarnya memiki tujuan untuk
mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal yang sebaliknya.
· Keempat, teori Homeostatis
yang menyatakan bahwa timbulnya sebuah motivasi merupakan akibat dari kondisi
manusia yang tidak seimbang (disequilibrium) yang mendorongnya untuk kembali
kepada keseimbangan (equilibrium).
· Kelima, teori Harapan
yang dipelopori Victor E. Vroom. Menurutnya motivasi merupakan kombinasi antara
besarnya keinginan, kemungkinan, dan keyakinan.
· Dan yang keenam adalah teori
Aktualisasi Diri yang berpendapat bahwa dorongan tertinggi manusia adalah
pencapaian aktualisasi diri.
3. ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
Terdapat empat aliran pendidikan
yang sudah popular, yaitu nativisme, empirisme, naturalism dan konvergensi.
Nativisme yang dipelopori Schopenhauer berpendapat bahwa bayi terlahir sudah
dengan pembawaan sifat baik dan buruk. Empirisme melalui John Locke
(1704-1832) menyatakan bahwa pembentukan kepribadian manusia sangat
ditentukan oleh rangsangan dari lingkungan luar. Naturalisme yang dimunculkan
oleh J.J. Rousseau (1712-1778) menyatakan bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan buruk. Dan Konvergensi yang dipelopori William
Stern menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat tergantung dari
pembawaan dan lingkungan.
B. RIWAYAT HIDUP AL-GHAZALI
& TEORI MOTIVASINYA
Nama lengkap Al-Ghazali adalah Abu
Hamid Muhamad bin Muhamad at-Thusi Al-Ghazali. Ia lahir di kota Thus
Khurasan pada tahun 450 H atau 1058 M. Pendidikan Al-Ghazali dimulai dari Sang
Ayah yang mengajarinya Al-Qur’an. Kemudian ia berguru kepada Ahmad bin Muhamad
ar-Razikani dan Imam al-Haramain al-Juwaini di madrasah Nizamiyah. Al-Ghazali
wafat pada tahun 505 H/1111 M dalam usia ke-55 dan dimakamkan di kota
kelahirannya. Adapun konsep teori motifasinya :
1. Struktur Jiwa
Menurut Al-Ghazali manusia
terbagi ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi materi, dimensi nabati, dimensi
hewani, dan dimensi kemanusiaan. Dalam tiga dimensi itu struktur jiwa manusia
terdiri atas al-qalb, al-ruh, al-nafs, dan al-aql. Unsur yang empat ini
mengerucut pada satu makna yakni latifah atau al-ruh al-rabbaniyyah yang
merupakan esensi manusia yang memiliki daya cerap, mengetahui dan mengenal, dan
sekaligus menjadi obyek pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya.
2. Junud al-Qalb sebagai
Unsur Motivasi
Menurut Al-Ghazali sebuah
perilaku terjadi karena peran dari Junud al-Qalb atau tentara hati. Dalam diri
manusia terdapat dua kelompok Junud al-Qalb, yaitu yang bersifat fisik berupa
anggota tubuh yang berperan sebagia alat dan yang bersifat psikis. Yang
bersifat psikis mewujud dalam dua hal yaitu syhawat dan ghadlab yang berfungsi
sebagai pendorong (iradah). Syahwat mendorong untuk melakukan sesuatu (motif
mendekat) dan ghadlab mendorong untuk menghindar dari sesuatu (motif menjauh).
Adapun tujuan dari perilaku tersebut adalah untuk sampai kepada Allah. Tetapi
dalam praktiknya perilaku ini terbagi ke dalam hirariki motivasi Ammarah
(hedonistik), motivasi Lawwamah (skeptik), dan motivasi Muthmainnah
(spiritualistic).
C. RIWAYAT HIDUP ABRAHAM H.
MASLOW & TEORI MOTIVASINYA
Nama lengkapnya adalah Abraham
Harold Maslow. Ia lahir pada tanggal 1April 1908 di Brooklyn New York
Amerika Serikat dari tujuh bersaudara. Ia belajar di City College of New York,
Cornel University, dan Universitas Wisconsin. Gelar Ph.D di bidang psikologi ia
raih pada tahun 1934. Ia bekerja di Brooklyn College selama 14 tahun, kemudian
di Laughlin Foundation di Menlo Park sampai akhir hayatnya. Maslow meninggal
pada tanggal 8 Juni 1970. adapun konsep teorinya :
1. Hakikat Manusia
Tentang hakekat manusia Maslow
berpendapat bahwa manusia memiliki satu kesatuan jiwa dan raga yang bernilai
baik, dan memiliki potensi-potensi. Yang dimaksud baik itu adalah yang
mengakibatkan perkembangan kea rah aktualisasi diri.
2. Kebutuhan Pokok Manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar
yang akan selalu menjadi motivasi perilakunya, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan memiliki dan rasa cinta, kebutuhan
akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk dapat sampai pada
tingkat aktualisasi diri semua kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada tingkat
sebelumnya harus terpenuhi. Selain kebutuhan pokok tersebut yang disebut basic
needs manusia juga memiliki metaneeds sebagai kebutuhan pertumbuhan seperti
keadilan, keindahan, keteraturan, dan kesatuan.
3. Kebutuhan Pokok sebagai
Unsur Motivasi
Teori Motivasi Maslow dibentuk
atas dasar teori hirarki kebutuhan pokok. Dengan kata lain pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pokok inilah yang memotivasi manusia berbuat sesuatu. Teori
ini tidak sekedar bersifat homeostatis tetapi juga homeostatis psikologis.
Bahkan pada tingkat puncak kebutuhan yang disusun Maslow mengarah kepada
mistisisme.
D. HASIL PERBANDINGAN
1. Fitrah Manusia
Secara umum Al-Ghazali dan Maslow
memandang fitrah sebagai potensi dasar dari manusia adalah positif dan baik.
Perbedaannya terletak pada kriteria baik. Menurut Al-Ghazali
nilai-nilai yang baik adalah yang didasarkan atas unsur-unsur ilahiyah yang
ditiupkan Allah pada proses penciptaan manusia. Sedangkan menurut Maslow
nilai-nilai yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia memenuhi kebutuhan
pokoknya dan mencapai aktualisasi diri.
2. Kebutuhan Manusia
Bila Maslow mengelompakan
kebutuhan manusia ke dalam lima macam secara hirarkis, maka kita dapat
membaginya menjadi dua, yaitu kebutuhan mutlak yang bersifat vertikal,
dan kebutuhan terikat yang bersifat horizontal. Kebutuhan
horizontal merupakan media dan sarana untuk memenuhi kebutuhan vertikal yakni
mencapai kedekatan dengan Allah SWT. Klasifikasi kebutuhan dalam teori Al-Ghazali
ini didasarkan kepada etika dan moral. Sedangkan Maslow
mendasarkannya pada kepuasan yang relatif. Sekalipun dengan
istilah yang berbeda, tujuan dari kebutuhan-kebutuhan tersebut baik menurut
keduanya adalah untuk mencapai pengalaman puncak (peak experience).
3. Psikoterapi
a. Emosi
Menurut Al-Ghazali emosi
pada dasarnya adalah gejolak dalam hati yang cenderung mengarah kepada dendam.
Emosi ini harus senantiasa berada dalam posisi seimbang. Training untuk menyeimbangkan
emosi adalah melalui riyadhah al-nafs.
Adapun Maslow berpandangan
bahwa emosi cenderung bersifat positif. Emosi ini harus dikembangkan sehingga
manusia mampu mengaktualisasikan segenap potensinya. Bukan bukan untuk dijauhi
dan dikecam.
b. Konflik dan Macam-macamnya
Dalam pengertian Al-Ghazali
konflik adalah suatu kondisi di saat hati berlawanan dengan kebaikan. Konflik
ini terjadi ketika muncul dorongan ke arah kehidupan duniawi di satu sisi dan
dorongan kehidupan akhirat di sisi lain. Sedangkan Maslow membagi
konflik ke dalam kelompok, yaitu konflik yang bersifat ancaman dan yang bukan
ancaman. Hanya konflik yang menimbulkan ancamanlah yang dianggap sebagai
penyakit hati (psipatologis).
c. Upaya Memecahkan Konflik
Al-Ghazali mengajukan 10
langkah untuk memecahkan konflik, yaitu :
(1) Konsistensi dan ketulusan
niat
(2) Ikhlas
(3) Penyesuain diri dengan
kehendak Allah
(4) Tidak melakukan bid’ah
(5) Cita-cita yang tinggi
(6) Merasa lemah di hadapan Tuhan
(7) Memiliki sifat takut dan
berharap
(8) Melakukan wirid
(9) Muraqabah dan
(10) Berdo’a.
Sementara bagi Maslow ada
tujuh cara memecahkan konflik, yaitu :
(1) Melalui Pengungkapan
(2) Pemuasan Kebutuhan Pokok
(3) Meniadakan Ancaman
(4) Peningkatan Pemahaman
(5) Saran Dan Wewenang, Dan
(7) Perwujudan Diri.
4. Aktualisasi Diri
a. Ciri-ciri Aktualisasi Diri
Al-Ghazali berpendapat
bahwa orang yang telah mencapai aktualisasi diri adalah orang-orang yang
senantiasa mentaati kaedah-kaedah agama dan memenuhi kewajiban baik
dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama makhluk Allah. Sedangkan
menurut Maslow ciri orang yang beraktualisasi diri adalah bersifat
universal yakni menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan universal dalam
berhubungan dengan sesama. Tetapi tidak bermuatan agama.
b. Upaya Pencapaian Aktualisasi
Diri
Menurut Al-Ghazali
aktualisasi diri dapat dicapai melaui riyadlah al-nafs (pengendalian nafsu),
tathahhur (penyucian jiwa), tahaqquq (kristalisasi), takhalluq (peneladanan
terhadap sifat Allah), dan ‘uzlah (pengasingan diri). Berbeda dengan itu, Maslow
menyebutkan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai aktualisasi diri adalah
pemuasan kebutuhan-kebutuhan pokok, meditasi, dan pengasingan diri.
5. Pendidikan dan
Nilai-nilainya
Pandangan Al-Ghazali
tentang pendidikan tercermin dalam pendapatnya tentang hakikat, klasifikasi,
tujuan dan cara mencapat ilmu. Ilmu adalah suatu proses untuk mendekatkan diri
dan menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Ilmu ada yang bersifat hudluri
(perolehan) dan ladunni (pemberian). Ilmu juga ada bersifat fardlu ‘ain dan ada
yang fardlu kifayah. Dari segi kegunaan ilmu ada yang terpuji, tercela, dan
netral. Semua ilmu itu tujuannya adalah mengenal Allah. Untuk mendapatkannya
harus dibangun pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai akhlak mulia.
Sementara itu Maslow
menyodorkan konsep pendidikan humanistik yang bertujuan mengembangkan
potensi-potensi manusia sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Pendidikan
yang ideal adalah yang memberi kebebasan belajar sesuai keinginan, dapat
dicapai oleh siapapun selama ia dapat memperbaiki dan belajar, dan memberikan
kesempatan kepada siswa menemukan apa yang disukai dan diinginkannya. Tujuan
pendidikan adalah menemukan identitias diri sebagai dasar mencapai tujuan
hidup. Maslow mendukung pendidikan yang bermoral dan mencela yang sebaliknya
(value free education).
Disusun Oleh: Dinul & Rauf (Jurnalistik UIN Alauddin Makassar 2008)
Disusun Oleh: Dinul & Rauf (Jurnalistik UIN Alauddin Makassar 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar