وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ
الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ – لقمان 12
Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Luqman, nama lengkapnya adalah Luqman bin Faghur bin Nakhuur bin
Tarih. Demikian pendapat yang dikemukakan Muhammad bin Ishaq. Menurut
versi lain, nama lengkapnya Luqman bin ‘Anqo’ bin Saduun.
Dalam sebuah hadits, Ibnu Umar menyatakan “Aku pernah mendengar
Rosululloh Saw. bersabda: Luqman bukanlah seorang Nabi. Akan tetapi ia
adalah seorang hamba yang gemar tafakkur, berkeyakinan baik dan cinta
kepada Alloh. Hingga Alloh mencintainya dan kemudian menganugerahi
hikmah kepadanya.” Pendapat jumhur ulama’ pun mengungkapkan bahwa beliau
adalah seorang wali yang sholih. Meski pendapat lain menyatakan beliau
adalah seorang nabi.
Suatu ketika seorang laki laki mendapati Luqman sedang berbicara
dengan hikmah. Ia pun terheran heran dan bertanya, “Bukankan anda adalah
penggembala kambing?” Luqman menyahut, “Benar.” “Lalu, bagaimana anda
bisa mendapat derajat seperti itu?” tanyanya. Ternyata Luqman memberikan
jawaban yang cukup mengherankan, “Demikian ini aku peroleh adalah
dengan selalu besikap jujur dalam berbicara, menunaikan amanat yang aku
emban dan menghindari hal hal yang tidak berguna.”
Postur Luqman adalah sosok laki laki yang berkulit hitam dan berbibir
tebal. Bila beliau memergoki seseorang yang memandanginya, beliau akan
berkata, “Jika engkau melihatku orang yang berbibir tebal, tapi yang
mengalir dari bibir ini adalah perkataan yang lembut. Dan jika engkau
melihatku berkulit hitam, tapi hatiku seputih kapas.”
Sebenarnya Alloh telah menyodorkan satu di antara dua pilihan kepada
Luqman. Menjadi khalifah di bumi (nabi) atau mendapatkan hikmah. Dan
ternyata Luqman lebih memilih diberi hikmah. Pada saat beliau tertidur
di tengah hari, tiba tiba ada suara memanggilnya, “Wahai Luqman,
bukankah Alloh telah memperkenankan engkau menjadi khalifah di bumi ?
Sehingga engkau bisa menegakkan hukum dengan haq ?” Luqman menjawab,
“Bila Alloh memberikan pilihan kepadaku, maka aku akan memilih selamat
dan dijauhkan dari cobaan. Dan bila Alloh menegaskan pada hanya satu
pilihan, maka aku hanya akan patuh dan taat. Karena aku yakin Alloh akan
memberikan pertolongan kepadaku.” Kemudian suara malaikat tadi bertanya
lagi, “Wahai Luqman, bukankah engkau diperkenankan untuk mendapatkan
hikmat ?” Dengan indah beliau menjawab’ “Sesungguhnya seorang hakim itu
berada pada posisi yang sangat berat dan yang paling keruh. Ia akan
dikelilingi orang orang teraniaya dari segala penjuru. Bila ia bersikap
adil, ia akan selamat. Sebaliknya bila ia melakukan kekeliruan, berarti
ia akan tersesat jalan menuju surga. Seseorang yang menjadi hina di
dunia akan lebih baik daripada menjadi orang mulia. Barang siapa yang
memilih dunia dari pada akhirat, ia akan dicampakkan dunia dan tak dapat
memperoleh akhirat.” Malaikat tercengang kagum mendengar jawaban yang
disampaikan Luqman. Kemudian Alloh memerintahkan untuk memberinya
hikmat.
“Hikmat” adalah pemahaman yang mendalam dalam bidang agama, kecerdasan akal dan kebenaran dalam ucapan.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ - لقمان 13)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Luqman adalah seseorang yang paling sayang dan cinta kepada anak
anaknya. Maka sepantasnya beliaupun ingin memberikan hal yang terbaik
untuk mereka. Karena itulah yang mula mula dinasihatkan kepada anaknya
adalah menghindarkan diri dari mempersekutukan Alloh dengan apapun.
Mempersekutukan Alloh adalah bentuk kazaliman. Sebab mempersamakan Dzat
yang berhak disembah dengan yang tidak berhak berarti meletakkan sesuatu
tidak pada tempatnya.
Sewaktu turun ayat 82 surat Al An’am:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.
para sahabat menjadi gundah gulana. Mereka bertanya tanya siapa di
antara mereka yang tidak mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman.
Kemudian Rosululloh menjelaskan, “Sesungguhnya tidak demikian. Tidakkah
kalian ingat nasihat Luqman kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Alloh. Sesungguhnya perbuatan syirik adalah bentuk
kezaliman yang besar.”
Selanjutnya Alloh memperkokoh nasihat Luqman tadi dalam ayat:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ – 14 –
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ – 15
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan
Kepatuhan dan berbuat yang terbaik kepada kedua orang tua adalah
suatu perintah Alloh. Terlebih lagi terhadap ibunya. Sebab berbulan
bulan lamanya beliau mngandung anaknya dengan menanggung segenap
penderitaan. Setelah itu, siang malam selalu disibukkan dengan menyusui,
merawat, menjaga dan mengasuhnya dengan penuh kecintaan. Hingga tiba
waktunya untuk menyapihnya setelah ia genap berumur dua tahun. Karena
itu lah sudah sepantasnya beliau lebih berhak untuk kita hormati dan
kita muliakan.
Akan tetapi, kepatuhan ini tidak bersifat mutlak. Ini hanya berlaku
untuk selain perintah melakukan pelanggaran pelanggaran syari’at dan
mengabaikan ketentuan ketentuan syara’. Termasuk di dalamnya perintah
kedua orang tua kepada anaknya untuk mempersekutukan Alloh. Tidak
sekalipun seorang anak diperkenankan tunduk dan patuh pada perintah
orang tuannya untuk berbuat syirik.
Ayat ini diturunkan pada waktu Sa’ad bin Malik masuk Islam. Ibunya
yang tahu bahwa anaknya telah masuk Islam, bersumpah untuk melakukan
aksi mogok makan dan minum hingga Sa’ad mau keluar lagi dari Islam.
Walau toh ibunya telah berbuat begitu kepadanya, ia tetap bersikap baik
kepada ibunya dan membujuknya untuk makan. Hingga pada hari ke tiga dan
ibunya tetap tidak mau makan, Sa’ad berkata, “Wahai bunda, walaupun
engkau memiliki seratus nyawa sekalipun, tidak akan pernah aku
meninggalkan agamaku ini.” Ketika ibunya tahu bahwa anaknya tidak akan
goyah imannya, maka ia pun menghentikan aksinya dan mau makan.
Dalam ayat ini pula Alloh memerintahkan manusia untuk bersyukur
kepada Nya dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya. Kata Sufyan
bin ‘Uyainah: “Barang siapa telah melakukan sholat lima waktu, berarti
ia telah bersyukur kepada Alloh. Dan barang siapa telah mendo’akan kedua
orang tuanya setelah sholat lima waktu, berarti ia telah bersyukur
kepada kedua orang tuanya.”
Ketika anaknya bertanya kepada Luqman, “Wahai abah, apabila aku telah
melakukan satu kesalahan yang tidak pernah bisa dilihat oleh siapapun,
bagaimana Alloh bisa mengetahuinya ?” Beliau menjawabnya dengan sebuah
nasihat yang tertuang dalam ayat:
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ – 16
(Luqman berkata): “Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.
Nasihat ini adalah petuah terakhir beliau yang disampaikan kepada
anaknya. Sebab petuah ini sangat begitu membekas di hati anaknya.
Sehingga karena rasa takutnya yang begitu mendalam, empedunya pecah
kemudian meninggal dunia.
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ – 17
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ – 18
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِير – 19
Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Di samping sholat yang menjadi tugas ritual kita, amar ma’ruf nahi
munkar yang memang semestinya menjadi garapan kaum muslimin, sebagaimana
dinasiahatkan Luqman, sudah semestinya kita menghiasi diri kita dengan
perilaku dan budi pekerti yang baik. Kita mesti lebih banyak berlatih
untuk berlaku sabar dalam melaksanakan perintah perintah Alloh, dalam
menahan diri dari melakukan larangan larangan Alloh. Juga bersabar dalam
mengahadapi segala bentuk bencana dan cobaan yang menimpa diri kita.
Berusaha menghindarkan diri kita sejauh jauhnya dari sifat sombong
dan membanggakan diri sendiri. Bersikap tenang dalam berjalan dan tidak
menampakkan keangkuhan. Lemah lembut dalam bicara dengan suara sedang.
Menurut pendapat Wahb, Luqman telah membicarakan sebanyak dua belas ribu hal dengan hikmah. Di antaranya: ” Wahai ananda,
- Jadikanlah taqwa sebagai harta dagangmu, tentu engkau akan beruntung besar.
- Jangan engkau menjadi orang yang lebih lemah dari pada ayam jago. Ia akan bersuara di waktu waktu sahur sementara kamu masih merasa hangat di balik selimutmu.
- Jangan kau tunda taubatmu, karena kematian akan mendatangimu dengan tiba tiba.
- Kamu tidak akan pernah menyesal untuk bersikap diam dalam hal hal yang tidak berguna. Sebab bila berbicara itu adalah perak, maka bersikap diam adalah emas.
- Pergaulilah para ulama’ dan dengarkanlah kata kata hukama’. Karena Alloh menyuburkan bumi dengan tetesan air hujan. Siapa yang bohong berarti telah sirna air mukanya. Dan siapa yang berbudi pekerti buruk ia akan banyak merasakan kesusahan. Memindah batu besar dari tempatnya akan lebih gampang dari pada memahamkan orang yang tidak faham.
- Jangan kamu mempelajari sesuatu yang belum kamu ketahui sehingga kamu telah mengamalkan apa yang kamu ketahui.
- Dunia adalah lautan yang sangat dalam. Sudah banyak orang yang tenggelam di dalamnya. Karena itu jadikanlan taqwa sebagai perahumu untuk mengarunginya. Isinya adalah keimanan dan layarnya adalah tawakal kepada Alloh. Barangkali saja kamu akan selamat.
- Berharaplah kepada Alloh dengan pengharapan yang tidak menjadikanmu berani berbuat maksiat. Takutlah kepada Alloh dengan rasa takut yang tidak menjadikanmu merasa putus asa dari rohmat Alloh.
- Menjauhlah dari berhutang. Karena ia akan membuatmu terhina di siang hari dan merasa susah di malam hari.
- Ketika engkau telah terlahir ke dunia, berarti dunia telah membelakangimu dan akhirat telah menghadangmu. Rumah yang kamu tuju dalam perjalanan ini lebih dekat dari pada ruamah yang telah kamu tinggalkan.
Budi pekerti dan akhlak mulia bukanlah sekedar adat yang mesti kita
lakoni. Tapi ia adalah sebuah pranata dan tatanan, yang mau tidak mau,
harus kita terapkan dalam berbagai corak kehidupan.
Apa pun keberadaan kita, bagaimana pun posisi kita, nilai yang mesti
kita tonjolkan adalah akhlaqul karimah. Seperti yang telah dicontohkan
Luqman lewat pribadinya atau pun nasihat nasihat untuk anaknya.
Dari ilustrasi dan profil beliau yang begitu monumental, sebenarnya
tersimpan sebuah rahasia kepribadian insan yang berkualitas kamil.
Ketika beliau mendapatkan anugerah untuk menentukan pilihan antara dua
kemuliaan, mendapatkan derajat kenabian dan mendapat hikmah, ternyata
beliau lebih memilih hikmah bukan kenabian. Bukan karena derajat itu
lebih tinggi, akan tetapi semua itu semata-mata atas kearifan beliau
mengkoreksi dirinya terlalu berat menyandang gelar kenabian. Beliau
mengkhawatirkan dirinya merasa tidak mampu mengembannya dengan baik
Begitulah sosok Luqman sang pujangga hikmah, dari bibir tebal
meluncur kalam-kalam pelipur hati yang bebal, dan dari si kulit hitam
bertebaranlah berjuta makna kehidupan penerang hati yang kelam. Semoga
kita diberikan hikmah-hikmahnya, amin.
* Oleh Ust. Fauzi Hamzah & Ust Darul Azka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar