Catatan kecil untuk Faracha
Aku awali catatan ini dengan mencoba meraba kembali cerita Khidir bersama Musa. Kisah klasik ini hampir selalu merasuk dan menjelma menjadi sebongkah fikiran kecil yang tersembunyi di dalam "batok kecil" keimanan. Demikian adanya karena fikiran "kecil" yang berasal dari sesuatu yang kecil dan sangat dalam ini kerap kali muncul ketika mulai memfonis diri ini bersalah. Walhasil seolah-olah merenung mentafakuri lintas dosa tanpa berani berfikir aku sudah berbuat baik apa, saat ini bagaimana sampai pada asa dan cita-cita.
Dulu aku berani mengatakan inilah saya,saya yang kuat, saya yang bisa, saya yang mampu, saya yang unggul, saya yang baik hati ( kata orang-orang, hehehee) dan masih banyak lagi saya-saya yang lain tentang saya. Congkak pribadi akhirnya menjadi rendah ketika bertemu pribadi-pribadi
dari luar yang menakjubkan yang akhirnya memaksa hati untuk mengikuti jejak langkah
mereka sekaligus sedikit meniru keunikan mereka. Lulus dari SMA merupakan kesempatan untuk lari dari kejahatan pasukan Fir'aun yang selalu berusaha menangkap,memenjarakan dan kemudian menjerat hati dengan Kitab Undang-Undang Manusia Hitam (KUMH) Bab Dosa Pasal 13 tentang sombong yang membuat tak sadar diri. Setelah itu, baru mencari mencari tempat persembunyian yang sempit dengan tembok keterbatasan. Mungkin butuh waktu sampai setengan tahun lagi untuk berani keluar dari persembunyian, dan berarti jika dikira-kira sekitar empat tahunan saya harus bersembunyi.
Aku fikir beruntung sekali aku bersembunyi, yang memang dalam ruang persembunyian itu banyak juga orang lain yang bersembunyi. Mereka yang bersembunyi seperti kawan-kawan dari Majlis Ta'lim Tarbiyyatul Athfal (MTTA), Majlis Al-Fadlu, Persatuan Pergerakan Kepedulian Mahasiswa Losari, Komunitas Pecinta Kopi Ambulu dengan falsafah santrinya, Socialita IPS_B Group, dan yang baru aku kenal dari Majlis Daarut Tauhid, dengan mereka pula saat ini aku sedang bermesraan. Kawan-kawan dari persembunyian inilah yang membocorkan perahu sebagai tanda tidak punya apa-apa yang menyelamatkan saya dari para perompak ketenangan.
Terimakasih yang sedalam-dalamnya buat Keluarga, kawan-kawan yang disebutkan di atas, pribadi-pribadi seperti Sholeh, Mamung, Oon, Epung, Dede Van Erick,Muhammad santri Lirboyo, Rugma, Mul, kang Oji, Odad, Luthfi, Wawan, Kang Said, Budi, Fadli, Agung, Nok Cicih, Bang Kholdun, Kang Nur, Yai Didin, Linda. Tak lupa untuk Guru-guru Tercinta Almarhum Kaki Udi Jazza kumullahu, Kang Nawar, Buya Imron, Abah Satibi, Pak Ijazi, Bu Yeti, Bu Diana, Pak Asep, Pak dan Hendra. The all are great People, tapi aku lebih senang menyebutnya faracaha, orang-orang yang membuat hati bahgia.
Sekali lagi terimakasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar